Sejarah dan Misteri Jalan Dipati Ukur Bandung

Sejarah dan Misteri Jalan Dipati Ukur Bandung
Jalan Dipati Ukur Bandung (Google)

KOTA Bandung mungkin menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki nama Jalan Dipati Ukur (DU). Jalan ini menghubungkan Jalan Dago (Jalan Ir H Djuanda) dengan Pasupati.

Jalan DU dikenal luas karena kini menjadi kawasan pendidikan. Selain kampus Universitas Padjadjaran (Unpad), di sepanjang jalan yang menembus Simpang Dago ini banyak kampus lain, termasuk Unikom.

Nama jalan ini diambil dari Dipati Ukur, tokoh legendaris Bandung yang hidup di masa penjajahan Mataram abad ke-17, ketika kekuatan Belanda masih lemah.

Konon, Dipati Ukur merupakan panglima dari tatar Sunda yang sangat dicari oleh pihak Belanda karena pernah memimpin pasukannya menyerbu VOC di Batavia ketika membantu pasukan dari Jawa.

Dipati Ukur, menurut cerita, sangat dilindungi oleh pengikutnya dan dirahasiakan keberadaannya. Karena misterinya tersebut, Dipati Ujur menjadi semacam mitos dan legenda hingga kini. Uniknya, namanya hanya dijadikan nama jalan di Kota Bandung.

Sejarah dan Misteri Jalan Dipati Ukur Bandung

Read More

Kisah Dipati Ukur

Menurut Seniman Yayasan Pusat Kebudayaan, Wigandi Wangsaatmadja, kisah Dipati Ukur diceritakan para orangtua secara turun-temurun. Ceritanya banyak versi dan sepotong-sepotong.

“Dari cerita orangtua saya, Dipati Ukur sebenarnya ada dua orang. Dipati Ukur Wangsanata yang tinggal di Tatar Ukur (kini Kota Bandung) dan Dipati Ukur Agung yang tinggal di Kabupaten Bandung,” tutur Wigandi.

Dipati Ukur Wangsanata merupakan tokoh yang awalnya mengabdi kepada Sultan Agung Mataram.

Pada masa itu, Bandung dan sekitarannya berada dalam kekuasaan Kerajaan Mataram. Namun, Dipati Ukur kemudian memberontak ingin memisahkan Bandung dari Mataram.

Sepulangnya dari Mataram, Dipati Ukur menikah dengan puteri Dipati Ukur Agung. Ia pun meneruskan kekuasaan Dipati Ukur Agung.

“Dulu dalam buku sejarah sekolah malah ada dua buku, Dipati Ukur I dan Dipati Ukur II. Karena tokoh Dipati Ukur itu ada dua sebenarnya. Namun, pada perkembangan berikutnya, kok seolah-olah Dipati Ukur cuma ada satu tokoh,” ungkapnya.

Wigandi mengaku dirinya mendengar cerita Dipati Ukur dari leluhurnya. Ayah Wigandi, yaitu Wangsaatmadja yang merupakan seorang camat di masa Belanda.

Menurutnya, Dipati Ukur yang dikenal heroik dan pemberontak adalah Dipati Ukur Wangsanata pulang dari Mataram. Di Bandung ia menggalang kekuatan untuk memberontak, agar kerajaan-kerajaan di pasundan tidak tunduk pada Mataram.

Ia pun menjadi sosok yang paling dicari oleh pemerintahan Mataram. Dipati Ukur Wangsanata hidup bergerilya, banyak warga yang menutupi keberadaannya. Hal ini membuat sosok Dipati Ukur Wangsanata penuh misteri, kadang campur dengan mitos.

Kematian Dipati Ukur Wangsanata pun banyak versi. Ada yang menyebut dia tewas dalam hukuman mati di Alun-alun Mataram, tapi ada juga yang menyebutkan bahwa dia sebenarnya tidak berhasil ditangkap, tetapi hidup dalam persembunyiannya.

“Makamnya mungkin ada sembilan versi, ada yang menyebut dimakamkan di Mataram, ada yang menyebut dimakamkan di Majalengka, di Bandung, di Soreang dan lain-lain,” katanya.

Ia menambahkan para sejarawan memiliki tugas besar untuk mengungkap sejarah hidup Dipati Ukur. Meski tokoh sejarah, Dipati Ukur bisa dibilang sosok yang misterius, masih sedikit sejarawan mengulas kehidupannya. (Merdeka)

Related posts