Masjid Raya Al Jabbar ditutup sejak 27 Februari hingga 23 Maret 2023 atau 1 Ramadhan 1444 Hijriah. Penutupan dilakukan untuk perbaikan.
Masjid Raya Al Jabbar terletak di Jalan Cimincrang Nomor 14 Kelurahan Cimencrang Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Masjid Raya Jawa Barat ini berdiri di tengah kolam retensi. Karenanya, Masjid Raya Al-Jabbar dijuluki pula sebagai “Masjid Terapung” karena didirikan di tengah danau yang berada di lahan seluas 26 hektar.
Sejarah Masjid Raya Al Jabbar
Mengutip laman resmi Pemprov Jabar, pembangunan Masjid Raya Al Jabbar berawal dari usulan Gubernur Jawa Barat yakni Ridwan Kamil alias Kang Emil yang saat itu menjabat sebagai Wali Kota Bandung (2016).
Kang Emil tersebut memberi saran kepada Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat sebelumnya) untuk membangun masjid raya provinsi. Pasalnya, selama bertahun-tahun, Pemprov Jabar memanfaatkan Masjid Agung Bandung sebagai Masjid Raya Provinsi Jabar.
Pada 2015-2017, Kang Emil mulai merancang desain Masjid Raya Al Jabbar dan melakukan pembebasan lahan.
Tepat 29 Desember 2017, peletakan batu pertama yang menjadi momentum awal mula pembangunan masjid ini dilakukan Gubernur Ahmad Heryawan dan Wagub Dedi Mizwar.
Pembangunan Masjid Raya Al Jabbar dilakukan dalam beberapa tahap:
1. Tahap I (2018) : membuat bangunan utama seluas 99 x 99 meter, penutup kubah utama dengan 6.136 kaca, penyusunan kaca seperti sisik ikan, pemasangan 88 kanopi, rangka minaret setinggi 99 meter, plaza luar dan instalasi WTP (water treatment plant)
2. Tahap II (2019) : membuat struktur jembatan, kolam reflektif, plaza bundar, pemasangan keramik lantai dasar, plafon, perbaikan ramp bagi jamaah difabel, site development, talang air hujan, AC dan sprinkler, sewage pit serta backup genset
3. Tahap III (2020) : melakukan overstek plaza depan, galian tanah, sheet pile, rumah pompa, oprit jembatan, pemasangan penutup plat lantai, pematangan lahan, pengerasan jalan betos, sanitasi dan air serta pemasangan pintu dan jendela
4. Tahap IV (2021-2022) : pembangunan masjid (lantai, pencahayaan, plafon, minaret, outdoor, sound system, dan artwork), interior Ma’rodh (struktur, interior, multimedia, dan MEP), serta landscape (taman, tapak, sanitasi, MEP dan menara pandang)
Masjid Raya Al Jabbar diresmikan Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan mulai dibuka untuk umum pada 30 Desember 2022.
Masjid yang berdiri di atas kolam retensi (embung) ini disebut membutuhkan anggaran fantastis hingga Rp 1 triliun dan sempat menimbulkan kontroversi.
Fasilitas Masjid Raya Al Jabbar
Selain menjadi tempat ibadah umat Islam, ikon provinsi Jawa Barat ini menawarkan sejumlah fasilitas menarik, antara lain:
1. Ma’rodh (Museum)
Ma’rodh merupakan ruang pameran atau museum ekshibisi yang digagas oleh arsiteknya sendiri, Ridwan Kamil. Tujuannya supaya Masjid Al Jabbar Bandung tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi menyediakan layanan edukasi dan sosial.
“Kami berharap jemaah datang untuk bermunajat, bersholawat, sholat, pulang dapat ilmu sejarah (Islam)”, kata Kang Emil saat peresmian Masjid Al Jabbar Bandung, Jumat, 30 Desember 2022.
Belakangan, museum Masji Raya Al Jabbar berganti nama menjadi “Galeri”, yakni Galeri Sejarah Rasulullah Saw dan Sejarah Islam.
2. Taman Tematik 25 Nabi dan Rasul
Masjid Raya Al Jabbar memiliki interior dan artwork yang menggambarkan identitas seluruh provinsi di Indonesia bekerja sama dengan para pengrajin untuk mendesain visual Masjid Al Jabbar.
Masjid ini juga memberikan sentuhan edukasi tentang para nabi sehingga dapat menjadi destinasi wisata.
“Ada taman yang bercerita 25 Nabi dan Rasul. Ada tulangnya ikan paus, (dari kisah) Nabi Yunus, ada perahu Nabi Nuh”, kata Ridwan Kamil yang dikutip dari laman resmi jabarprov.go.id.
Fungsi Masjid Masjid Raya Al Jabbar
Masjid Raya Al Jabbar memiliki beragam fungsi sebagai ruang publik. Selain tempat beribadah umat muslim, masjid ini dapat menjadi destinasi wisata dan edukasi yang menarik.
Faktanya, sejak diresmikan 30 Desember 2022, Masjid Raya Al Jabbar dibanjiri pengunjung, terutama di akhir pekan. Membeludaknya pengunjung membuat kemacetan lalu lintas di sekitar masjid, bahkan hingga ke Jalan Soekarn0-Hatta antara Bunderan Cibiru dan perempatan Gedebage.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang juga pendesain Masjid Al Jabbar menuturkan, selain museum sejarah Islam di Indonesia dan Jabar, terdapat taman-taman Nabi dan Rasul yang mengeliling bangunan utama.
“Ada taman yang menceritakan 25 Rasul dan Nabi dalam sejarah Islam. Ada tulangnya ikan paus, (kisah) Nabi Yunus. Ada perahu-perahuan Nabi Nuh,” kata Kang Emil.
“Kami harapkan orang datang ke sini bermunajat, berselawat, bersalat, pulangnya dapat ilmu tentang sejarah (Islam) kemudian pulang bahagia. Itu kira-kira penjelasan,” imbuhnya.
Masjid Al Jabbar memiliki interior dan artwork yang memesona dan memberikan pengalaman luar biasa kepada pengunjung. Salah satunya, simbol identitas 27 kabupaten/kota yang melekat di pintu-pintu masjid.
Menurut Kang Emil, simbol tersebut tidak hanya menggambarkan identitas Provinsi Jabar, tetapi juga bertujuan agar seluruh masyarakat Jabar merasa dekat dengan Masjid Raya Al Jabbar meski berlokasi di Kota Bandung.
“Karena ini masjid Jawa Barat, bapak/ibu bisa lihat di kanan, kiri, depan, ada pintu-pintu. Pintu-pintu itu merepresentasikan satu pintu, satu kota/kabupaten di Jawa Barat,” ucapnya.
“Digabungkan antara ragam hias Islami dengan ragam hias batik dari kota/kabupaten masing-masing,” imbuhnya.
Principal Architect LABO Deddy Wahjudi yang terlibat mendesain artwork interior Masjid Al Jabbar menuturkan, ada sentuhan tangan perajin-perajin di Indonesia, termasuk Jabar, dalam menyempurnakan detail-detail artwork Masjid Al Jabbar. Hal itu akan membuat pengunjung masjid mendapatkan pengalaman mengesankan.
“Sentuhan artwork menjadi hal yang unik dipekerjaan ini karena berbeda pendekatan dengan desain-desain untuk bangunan arsitektur, ruang publik atau masjid-masjid yang lain. Ada harapan dari Pak Gubernur, terdapat sentuhan tangan di dalam penyelesaian masjid ini,” ucapnya.
Menurut Deddy, lanskap Kota Bandung yang terlihat dari Masjid Al Jabbar akan membuat pengunjung semakin takjub. Sebab, pengunjung dapat melihat bangunan megah sekaligus keindahan alam dalam satu lokasi.
“Terutama pada pagi hari dan sore hari menuju Magrib, kita melihat bahwa ini sebuah pengalaman ruang yang juga tidak lepas dari lanskap Kota Bandung yang dikelilingi pegunungan,” ucapnya.
Hal senada dikatakan Nelly L. Daniel yang juga Principal Architect LABO dan terlibat mendesain artwork interior Masjid Raya Al Jabbar. Menurutnya, interior dan artwork Masjid Raya Al Jabbar akan membuat pengunjung terkesan.
“Beliau (Ridwan Kamil) memang menginginkan begitu orang masuk ke bagian-bagian masjid itu, orang terkesima,” ucap Nelly. “Ini sebuah perjalanan panjang yang dapat kita nikmati hasilnya,” imbuhnya dikutip laman Humas Jabar.
Dua Bulan Tanpa DKM
Selama dibuka 1 Januari sampai 27 Februari 2023, Masjid Raya Al Jabbar beroperasi tanpa Dewan Kemakmuran Masjid (DKM).
Saat peremian, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan dirinya yang menjadi Ketua DKM Masjid Raya Al Jabbar dengan wakilnya Uu Ruzhanul Ulum (Wagub Jabar) dan Ketua Harian Setiawan Wangsaatmaja (Sekda Jabar). Ketiganya menjadi pengurus teras DKM Masjid Raya Al Jabbar secara “ex officio”.
Karena kepengurusan belum terbentuk dan dikukuhkan, maka selama dua bulan (Januari-Februari 2023), Masjid Raya Al Jabbar ditangani sementara oleh Biro Kesra Jabar dan dinas terkait. Biro Kesra menempatkan imam dan muadzin untuk kelancaran shalat berjamaah.
Karena hanya digunakan shalat fardu dan beberapa acara insidental, muncul inisiatif dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Gedebage untuk menggelar pengajian rutin, berupa ceramah ba’da Dzuhur dan ba’da Subuh.
MUI Gedebege menyusun jadwal Ceramah Dzuhur dan Subuh itu setiap hari dengan penceramah para ketua/pengurus MUI kecamatan se-Kota Bandung. Ceramah Dzuhur dan Subuh berjalan lancar dan membuat syi’ar Islam di Masjid Raya Al Jabbar terasa.
Menurut informasi yang diterima Bandung Aktual, DKM Masjid Raya Al Jabbar akan diresmikan sebelum pembukaan kembali masjid pada 1 Ramadhan 1444 H.
Sebelumnya, Ridwan Kamil mengatakan, Masjid Raya Al Jabbar akan dikelola oleh DKM yang diketuai langsung oleh Kang Emil. Secara ex-officio, wakil ketua DKM Al Jabbar juga akan dijabat oleh Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum dan ketua harian diisi oleh Sekda Jabar Setiawan Wangsaatmadja.
“Kemudian pengurus DKM-nya yaitu perwakilan 27 aktivis muslim dari 27 kabupaten/kota,” sebut Kang Emil.
Ia menjelaskan, untuk dua hingga tiga tahun pertama pengelolaan Masjid Al Jabbar masih menggunakan APBD Jabar. Namun, tahun keempat masjid ini akan mandiri secara ekonomi.
“Dua sampai tiga tahun ke depan masjid ini masih menggunakan APBD tapi suatu hari bisa membiayai sendiri,” katanya.*
Video: Museum Masjid Raya Al Jabbar